Awal Mula Motor di Tanah Air: Sebuah Kisah Revolusi Transportasi

Motor, bagi warga Indonesia, bukan hanya sekedar alat transportasi, namun juga bagian dari sejarah budaya dan perkembangan transportasi di negeri ini.

Di masa kolonial Belanda, kendaraan roda dua ini masih sangat asing dan tak seragam seperti saat ini. Infrastruktur yang belum memadai menambah kesulitan penggunaannya.

Meski begitu, sepeda motor telah mengukir sejarah sebagai salah satu pilihan utama transportasi bagi warga Indonesia, terutama dengan kondisi geografis dan demografis negeri ini yang sangat mendukung penggunaan motor.

Pada skala global, kepopuleran sepeda motor muncul sekitar akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Di Indonesia, motor dipandang sebagai titik balik dalam evolusi transportasi. Fenomena ini tetap relevan hingga hari ini.

Dari informasi yang dihimpun, motor pertama yang hadir di Indonesia adalah buatan Hildebrand & Wolfmüller. Pemilik pertama dari motor ini adalah John C. Potter, seorang warga Inggris yang bekerja sebagai masinis di Pabrik Gula Oemboel, Probolinggo. Motor ini sendiri diproduksi oleh duo bersaudara, Henry dan Wilhelm Hildebrand di Munchen, Jerman.

Setelah motor ini tiba di Pelabuhan Semarang, berita tentang kendaraan roda dua bermesin ini dengan cepat menyebar ke berbagai penjuru kota. Banyak warga yang belum pernah melihat kendaraan seperti itu merasa penasaran dan datang ke pelabuhan hanya untuk melihat secara langsung kehebatan dari mesin tersebut.

John, dengan bangga menunjukkan motor barunya kepada rekan-rekan dan penduduk setempat. Meski awalnya banyak yang skeptis dengan kendaraan baru ini, namun tak lama mereka terpesona dengan kemampuan motor untuk bergerak tanpa hewan penarik atau tenaga manusia.

Dengan keberhasilan motor Hildebrand & Wolfmüller ini, John menjadi semacam selebriti lokal di Probolinggo. Banyak yang mendatanginya untuk mem

Mesin dari motor kuno ini memiliki kapasitas yang cukup besar, yaitu 1.489 cc. Meski begitu, motor ini hanya memiliki tenaga sekitar 2,5 daya kuda dengan kecepatan maksimal 45 km/jam. Tidak seperti motor saat ini, kendaraan ini sangat sederhana; tanpa rantai, gear box, atau sistem kelistrikan, dan mengandalkan piston untuk menggerakkan roda.

Proses pemanasan mesinnya pun cukup unik, menggunakan cairan spiritus. Untuk memulai mesin, motor harus didorong. Desainnya pun masih mirip sepeda onthel.

Motor ini kemudian menjadi pionir dan inspirasi bagi kalangan elite di Indonesia, baik dari Eropa maupun pejabat lokal, untuk mengimpor sepeda motor dari Eropa, khususnya dari Belanda.

Seiring waktu, merek-merek lain seperti Harley-Davidson, Norton, dan BMW pun mulai dikenal. Setelah kemerdekaan, impor motor semakin meningkat, meskipun jumlahnya terbatas. Namun, pada dekade 1960-an, dengan kolaborasi dari pabrikan Jepang seperti Honda dan Yamaha, Indonesia mulai memproduksi motor lokal, menjadikannya lebih terjangkau bagi rakyatnya.

Related Articles